BANDUNG, AZYNEWS- Belasan siswa dan guru di Kota Bandung dinyatakan positif terpapar COVID-19.
Hal itu diketahui setelah Dinkes Kota Bandung menggelar test PCR secara acak ke sejumlah sekolah yang menggelar PTM terbatas.
“Kita sudah lakukan 1.578 tes kepada warga sekolah, siswa dan guru. Yang sudah keluar hasil 348 orang, ternyata hasil dari 348 yang positif 14 orang,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Rosye Arosdiani.
Rosye katakan, jumlah 14 tersebut tersebar pada beberapa sekolah. Meski demikian, sejauh ini tidak ada sekolah yang ditutup. Pasalnya, 14 orang positif itu tersebar dan tidak menumpuk di satu sekolah.
“Karena 14 ini tidak menumpuk di satu sekolah, ini tersebar, ada yang satu, ada yang beberapa, bahkan ada yang nol,” ujarnya.
Tes PCR acak ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah. Hasil sementara ada yang positif, disimpulkan jika COVID-19 masih ada.
Rosye meminta masyarakat agar tetap waspada, menjaga protokol kesehatan yang sangat ketat untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 yang lebih besar.
“Artinya COVID-19 masih ada, pemeriksaan ini merupakan antisipasi, antisipasi bagaimana kondisi yang ada, kalau ada yang positif,” jelasnya.
Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana tidak menutup kemungkinan akan menambah persentase tes acak di lingkungan sekolah saat PTM terbatas Kota Bandung.
“Kita lihat ya dari hasil tracing nanti, apakah ada penambahan jumlah kasus positif dari kegiatan PTM terbatas. Kalau memang ada, tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan persentase tes akan dan memperluas lokus,” ujar Yana kepada wartawan, Rabu (20/10).
Yana mengatakan, setelah diketahui ada penambahan kasus positif dari sekolah, akan langsung dilakukan tracing. Untuk mengetahui apa yang akan dilakukan.
“Setelah hasil tracing keluar, kita akan mengetahui apakah perlu melakukan penutupan sekolah, atau cukup melakukan karantina,” tuturnya.
Ditanya kemungkinan penyebab ditemukan kasus covid-19 di lingkungan sekolah, Yana menyatakan tidak bisa diprediksi. Pasalnya bisa jadi mereka terpapar saat di perjalanan pulang atau pergi ke sekolah.
Pasalnya, lanjut Yana sekolah sudah dilakukan validasi dan verifikasi, sehingga kemungkinannya kecil untuk terjadi penularan di lingkungan sekolah.
“Karena kan ada rentang waktu, di mana anak tidak disekolah dan tidak di rumah. Mungkin saja saat jajan atau saat perjalanan di kendaraan umum,” paparnya.
Karena, Yana melihat sendiri, meskipun kantin sekolah tidak buka, namun PKL banyak berjualan di luar. Karenanya, Yana mengatakan akan lebih baik jika anak membawa bekal sendiri dari rumah.
Meski ditemukan ada kasus di lingkungan sekolah Yana menegaskan, tidak perlu dilakukan pembatasan atau pengetatan tambahan.
“Tinggal masing-masing individu menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Yana, dari hasil rapat koordinasi dengan provinsi, sebenarnya tingkat kesadaran masyarakat menggunakan cukup tinggi. (Red./Ito Waskito)
0 Komentar