BANDUNG, AZYNEWS- Meski pernah ada di masa darurat sampah, Pemerintah Kota Bandung optimis Kota Bandung akan tumbuh sebagai kota nol sampah di kemudian hari.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna saat memonitor TPST Tegallega, di kawasan Lapangan Tegallega Kota Bandung, Jumat (2/2/2024) kemarin.
“Penanganan sampah mandiri tidak akan berhenti, karena kami memimpikan kota ini menjadi zero waste city,” ujar Ema.
Adapun modal kuat yang dimiliki Pemkot Bandung antara lain empat TPST yang diproyeksikan beroperasi seluruhnya mulai 2024, antara lain TPST Cicukang Holis, TPST Astana Anyar, TPST Tegallega, dan TPST Gedebage.
Keempat TPST ini disebut memiliki kapasitas pengolahan sampah antara lain 10 ton (Cicukang Holis), 28 ton (Astana Anyar), 30 ton (Tegallega) dan 390 ton (Gedebage).
Jika ditotalkan, keempat TPST ini nantinya berpotensi menangani sekitar 450 ton sampah di Kota Bandung.
Meski begitu, beberapa TPST ini disebut masih dalam proses pembangunan serta optimalisasi. Namun Ema yakin, keempat TPST ini akan bisa beroperasi di tahun 2024.
Modal lainnya untuk menyambut Bandung Kota Nol Sampah adalah sosialisasi Pemkot Bandung agar masyarakat berperan aktif menjalankan pengolahan serta pengelolaan sampah mandiri, yang populer disebut Kang Pisman. Program ini terus digenjot Pemkot Bandung di 30 kecamatan dan 151 kelurahan.
“Kalau kami hitung, kinerja TPST, kinerja kluster, sisa 900 ton ini optimis selesai,” ujar Ema mengacu pada angka sampah harian Kota Bandung yang menyisakan 900 ton.
Perlu diketahui, terjadi peningkatan pengolahan serta pengolahan sampah mandiri dari program sosialiasi Kang Pisman yang diselenggarakan Pemkot Bandung selama masa darurat.
Jika sebelum masa darurat sampah, jumlah sampah Kota Bandung disebut mencapai 1.600 ton, kini jumlah tersebut menyisakan sekitar 900 ton saja.
Sebagai pamungkas, Ema menyatakan TPA Sarimukti sudah bukan lagi menjadi harapan utama Kota Bandung dalam penanganan sampah. Ia menyebut, ada dampak yang bisa membahayakan lingkungan dalam jangka panjang jika Kota Bandung tidak segera mengubah kebiasaan pengolahan dan pengelolaan sampah.
“Artinya, sampah harus bisa diselesaikan secara mandiri. Kami dorong aparat kewilayahan, Camat dan Lurah harus optimal mengedukasi masyarakat,” pungkas Ema. (Red./Waskito)
0 Komentar